Beginilah suasana pembangunan sarang burung, para pecinta liur burung megejar sampai kedesa-desa, hal ini terbukti bangunan tanpa penghuni sangat terlihat pesat di Kabupaten Kepulauan Meranti dan menyebar sampai kedesa, mereka rela menanamkan modal yang belum pasti akan keberhasilanya, bayangkan saja bangunan yang belantai empat saja hampir menelan biaya Rp. 750.000.000.- belum lagi tempat dan perizinan yang harus mereka keluarkan.
Burung walet ini di kenal selalu membawa keberuntungan kepada mereka yang di inginkannya, salah seorang asal desa Kepau Baru mengatakan burung ini kayak ada Jin katanya, banyak teman-teman saya yang menanamkan modal untuk membangun rumah walet ini dari beton, tapi banyak pula yang tidak ada masuk walaupun seekor burung, burung-burung cuma bermain di atas kemewahan gedung padahal ia tidak ingin masuk atau bersarang sama sekali. saya juga merasa aneh kenapa bangunan yang di bangun oleh salah seorang teman saya yang mengunakan bahan kayu, malah mereka lebih cepat panen dan menuai hasil dari modal yang mereka tanam, padahal bangunan dari kayu ini berukuran kecil dan tidak semegah bangunan dari batu. inilah rezeki ucapnya.
Kampung saya bagaikan kota kecil yang penuh dengan bangunan sarang walet , bahkan mereka rela menjual kebun sagu mereka tambahnya, dengan berlomba-lomba untuk mencari rezeki dari liur burung ini, kalau menurut hemat saya burung walet ini adalah utusan Tuhan menurut kepercayaan beliau, mereka datang dan pergi sesuka hatinya apabila kepribadian yang buruk kita cermin kan kepada orang lain setiap hari katanya, contoh kecil kalau kita punya sarang walet kita harus banyak sedeqah dan membagikan sebahagian dari hasil panen kita kepada masyarakat yang membutuhkan tambah aseng.
0 komentar:
Posting Komentar